[Rilis Pers] Peningkatan Kekerasan Berbasis Gender Online selama Pandemi

  • Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga meningkat di banyak negara selama pandemi. Sayangnya, begitu juga dengan pelecehan dan Kekerasan Berbasis Gender Online atau secara daring (KBGO). Hal ini seharusnya tidak dapat diterima seperti halnya yang terjadi di jalanan. Namun, sekelompok minoritas dalam jumlah yang cukup besar menyalahgunakan anonimitas dunia maya untuk melecehkan, mengintimidasi, dan merendahkan. Wanita adalah korban paling umum.
  • Kekerasan – baik dalam rumah tangga maupun secara daring, tidak dapat diterima, dan harus ada tindakan. Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, SAFENet, dan Organisasi Inggris, GetSafe Online mengadakan webinar pada 16 Desember 2020, tentang Kekerasan Berbasis Gender Online – untuk menyoroti masalah, mendiskusikan tindakan penanganan, dan mendukung perempuan dan remaja yang pernah mengalami KBGO.
  • Sebagai kelanjutan dari kampanye 16 Hari Aktivisme Anti Kekerasan terhadap Perempuan PBB melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak, webinar ini membahas meningkatnya kasus KBGO. Berdasarkan laporan Komnas Perempuan, Catatan Akhir Tahun 2020, webinar ini akan berbagi tantangan-tantangan dan tindakan pencegahan yang harus diambil melalui contoh pembelajaran dari pengalaman yang terjadi di Indonesia dan Inggris. 

Kekerasan Berbasis Gender Online atau secara daring (KBGO) telah menjadi fenomena global sejak awal mula penggunaan internet. Sudah menjadi masalah serius, dan pandemi COVID-19 telah memperburuk keadaan. UN Women telah menyuarakan keprihatinan atas peningkatan eksponensial dalam kasus kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk kekerasan yang difasilitasi oleh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Indonesia tidak kebal terhadap permasalahan global seksisme dan kekerasan berbasis gender. Komnas Perempuan melaporkan telah menerima laporan peningkatan kekerasan berbasis gender online dari korban: 2017 (97 kasus dilaporkan), 2018 (97 kasus), 2019 (281 kasus), 2020 (659 kasus telah terjadi sampai Oktober). Demikian pula, SAFEnet telah menerima laporan KBGO dalam jumlah yang mengejutkan. Laporan tentang penyebaran konten intim secara non-konsensual telah meningkat sebesar 375% (169 kasus) dibandingkan dengan 2019 (45 kasus) – dengan wabah COVID-19 berkaitan pada peningkatan tersebut.

Meningkatkan pengenalan dan pelaporan kasus menjadi penanda baik. Komnas Perempuan prihatin terhadap banyak kasus yang tidak dilaporkan. Kampanye untuk mengurangi stigma sosial dan mempermalukan korban yang melapor akan membantu. Begitu pula dengan pendidikan tentang gender dan seksualitas, melatih Polisi bagaimana metode yang baik untuk memperlakukan korban, dan membahas bagaimana dapat meningkatkan perlindungan hukum – korban KBGO seringkali adalah perempuan, atau dari komunitas rentan risiko, seperti LGBTQ.

Tantangan dan peluang datang seiring pesatnya pertumbuhan internet di Indonesia. Persentase populasi yang memiliki akses ke internet telah berkembang pesat – dan pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus berlanjut – dari 64,8% yang online pada 2018, menjadi 73,7% hingga saat ini, dan diperkirakan masyarakat Indonesia yang mengakses internet menjadi 89% pada 2025. Namun hal ini menjadi landasan yang menantang untuk menyebarluaskan literasi digital dan perilaku online yang sehat kepada begitu banyak pengguna baru.

Kedutaan Besar Inggris Raya di Jakarta bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mitra SAFENet dan Organisasi GetSafe Online di Inggris menyediakan forum untuk membahas keseriusan penanganan masalah ini, potensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tindakan pencegahan dan mitigasi dalam jangka panjang dan selama pandemi COVID-19, serta memberi perempuan ruang aman agar suara mereka didengar. Sebagai bentuk #GerakBersama kami menyelenggarakan webinar pada 16 Desember 2020.

Webinar Peningkatan Kasus Kekerasan Berbasis Gender Online, merupakan bagian dari dukungan Pemerintah Inggris untuk kampanye “16 Hari Aktivisme” Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan mengambil tindakan terkait masalah ini di Indonesia.

Webinar ini bagian dari proyek kerjasama Pemerintah Inggris-Indonesia yang didanai oleh Pemerintah Inggris, serta bekerja sama dengan mitra SAFENet dan GetSafe Online untuk berfokus pada pencegahan kekerasan berbasis gender online dan kesadaran keamanan di dunia digital yang lebih luas. Proyek ini akan berjalan hingga Maret 2021, dengan total nilai anggaran di tahun keuangan ini sebesar £ 80.345 (setara Rp 1,5 milyar). Proyek ini akan mendanai pembuatan buku panduan digital baru yang memungkinkan para korban mengakses informasi seputar hak hukum mereka ketika insiden terjadi, serta membuat situs web baru ‘Get Safe Online’ untuk Indonesia.

Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan:

“Internet seharusnya menjadi lingkungan yang aman dan terjamin untuk mengakses pengetahuan. Maraknya Kekerasan Berbasis Gender Online merupakan masalah yang mengkhawatirkan karena semakin banyak aktivitas yang berpindah ke online. Kaum muda mungkin sangat rentan, karena mereka dipaksa untuk belajar di rumah selama pandemi COVID-19. Perilaku mengancam dan mengintimidasi tidak dapat diterima, baik itu di jalan maupun online.

Kita harus bekerja sama secara global dalam menyoroti dan mengatasi masalah ini.Saya senang bahwa Inggris bekerjasama dengan Indonesia dalam penanganan ini. Kami mengajak para pakar dari Inggris, GetSafe Online bermitra dengan SAFENet Indonesia untuk meluncurkan proyek AwasKBGO untuk meningkatkan kesadaran tentang Kekerasan Berbasis Gender Online melalui platform digital baru. Kita dapat memanfaatkan teknologi baru yang untuk pertama kali dapat digunakan dalam pencegahan kejahatan di dunia maya, dan memberikan opsi perlindungan yang lebih besar bagi para korban. Semuanya adalah langkah positif dalam mengatasi masalah ini. ”

Kepala Sub-Divisi Digital At-Risks, SAFEnet/Southeast Asia Freedom of Expression Network, Ellen Kusuma, mengatakan:

“Kekerasan berbasis gender online tidak dapat dilihat dan dipahami hanya sebagai kekerasan terhadap perempuan atau gender minoritas karena terjadi melalui Internet atau yang difasilitasi oleh teknologi digital. Hal sama berbahayanya dengan kekerasan fisik terhadap korban. Teknologi digital telah memperkuat kemudahan tindak kekerasan dan tingkat dampak yang ditimbulkannya. AwasKBGO adalah inisiatif yang berfokus pada advokasi kekerasan berbasis gender online yang mendorong partisipasi multi pihak, terutama melalui literasi digital, penyebarluasan kesadaran, saluran bantuan, serta rekomendasi kebijakan. ”

Global Ambassador, Get Safe Online, Peter Davies, mengatakan:

“GetSafe Online berkomitmen untuk mempromosikan akses universal untuk informasi dan saran terbaik secara gratis tentang cara untuk tetap aman di era digital. Kebutuhan akan layanan ini semakin nyata. Kami juga berkomitmen untuk membantu agar semua orang memiliki akses yang sama terhadap manfaat kehidupan digital, dan jika internet disalahgunakan untuk menarget dan menyalahgunakan orang-orang yang rentan, kami ingin hadir untuk membantu mereka. Kami merasa terhormat menjadi bagian dari acara ini dan kerjasama yang diluncurkannya, dan juga bangga menambahkan Indonesia ke dalam daftar 22 negara yang sudah ada, di mana kehadiran kami telah membuat perbedaan.”