Sebanyak 20 perempuan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengikuti pelatihan keamanan digital yang digelar Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) bersama AJI Jember Minggu 3 Maret 2019. Pelatihan itu menjadi bagian untuk memperingati Bulan Aman Internet.
Head Division Online Freedom of Expression SAFEnet, Ika Ningtyas, mengatakan, acara itu bertujuan agar perempuan dapat melindungi diri dari ancaman kekerasan berbasis gender online (KBGO) yang trennya kian mengkhawatirkan. “Perkembangan teknologi informasi ternyata juga membuat perempuan rentan menjadi korban kekerasan di dunia maya,” kata Ika.
Aktivitas yang tergolong KBGO mencakup menyebarkan data pribadi seperti foto/video, konten ilegal, peretasan, pelecehan online dan rekrutmen online.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), menerima 65 laporan terkait KBGO pada 2017. Menurut Ika, angka tersebut hanya fenomena gunung es sebab banyak perempuan yang menjadi korban KGBO namun tidak melapor.
Hal itu, kata dia, disebabkan oleh beberapa hal. Yakni banyak perempuan belum memahami bentuk-bentuk kekerasan online, kurangnya dukungan untuk berani berbicara dan melapor, serta masih lekatnya stigma pada penyintas baik di online maupun offline.
Dalam sesi diskusi, hampir semua peserta mengungkapkan pernah dan nyaris menjadi korban kekerasan online. Ada yang bercerita, akun email dan media sosialnya diretas untuk menipu orang lain dan isinya disebar secara ilegal. Ada pula yang mendapat ajakan videocall sex, menerima konten porno, diperas hingga rugi jutaan rupiah, hingga ancaman penyebaran video pribadi.
Dari pengalaman peseta tersebut, Ika meminta agar para perempuan lebih membatasi diri di media sosial, menjaga data pribadi termasuk terhadap pacar dan membuat pasword yang kuat.
“Walaupun status dia adalah pacar, jangan pernah memberikan foto atau video bugilmu. Karena dia tetap berpotensi menjadi pelaku kekerasan online,” pesan Ika pada peserta pelatihan.
Di sesi ketiga, peserta berlatih mendeteksi keamanan password, memperketat keamanan media sosial, mengelola privasi di media sosial, memeriksa keaslian foto profil, hingga menghindari pelacakan.
Fatmawati, seorang peserta, mengatakan pelatihan keamanan digital tersebut sangat penting baginya. Dia berharap agar pelatihan serupa terus dilakukan terutama kepada orangtua.
Sebagai guru pendidikan usia dini (PAUD), dia mengaku melihat banyak orang tua menyerahkan gawai sepenuhnya pada anak tanpa memikirkan pembatasan privasi mereka.
“Selama ini orangtua tidak tahu tentang internet sehingga menyerahkan kepada anak. Kalau mereka paham cara mengindari kejahatan online, mereka akan bisa memproteksi anak-anak,” kata Fatma.[]